Kamis, 17 Maret 2011

Manusia Dan Penderitaan

Manusia Dan Penderitaan
 
Penderitaan dan kata derita. Kata derita berasal dari kata bahasa sansekerta dhra artinya menahan atau menanggung. Derita artinya menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Penderitaan itu dapat lahir atau bathin, atau lahir bathin. Yang termasuk penderitaan itu ialah keluh kesah, kesengsaraan, kelaparan, kekenyangan, kepanasan, dan lain – lain.
Penderitaan adalah sebuah kata yang sangat dijauhi dan paling tidak disenangi oleh siapapun. Berbicara tentang penderitaan ternyata penderitaan tersebut berasal dari dalam dan luar diri manusia. Biasanya orang menyebut dengan factor internal dan faktor eksternal.

Dalam setiap bentuk penderitaan, yang dialami oleh manusia, dan sekaligus berdasarkan seluruh dunia penderitaan, tak dapat dielakkan lagi muncul pertanyaan: Mengapa? Ini merupakan suatu pertanyaan mengenai sebab, alasan dan juga mengenai maksud dari penderitaan, dan, secara ringkas, suatu pertanyaan mengenai arti penderitaan. Hal itu tidak hanya menyertai penderitaan manusia, tapi agaknya juga menentukan arti manusiawinya, yang justru membuat penderitaan menjadi penderitaan manusiawi.

Jelaslah bahwa rasa sakit, lebih-lebih rasa sakit jasmani, lazim dalam dunia binatang. Tapi hanya manusia yang menderita yang tahu bahwa dia sedang menderita dan berpikir apa sebabnya. Dan dia menderita secara manusiawi secara lebih mendalam jika dia tidak menemukan suatu jawaban yang memuaskan. Hal ini merupakan suatu pertanyaan yang sulit, justru karena merupakan suatu pertanyaan yang dekat dengan pertanyaan tentang kejahatan. Mengapa ada kejahatan? Mengapa ada kejahatan di dunia ini? Bila kita mengajukan pertanyaan dengan cara ini, kita selalu, sekurang-kurangnya dalam arti tertentu, mengajukan suatu pertanyaan juga tentang penderitaan.

Kedua pertanyaan itu sulit, bila seorang individu mengajukannya pada orang lain, bila satu bangsa mengajukannya kepada bangsa lain, seperti halnya bila seseorang mengajukannya kepada Tuhan. Karena manusia tidak mengajukan pertanyaan ini kepada dunia, meskipun justru dari dunialah datangnya kesengsaraan yang menimpa manusia, tapi manusia mengajukannya kpada Tuhan sebagai Pencipta dan Penguasaan dunia ini. Dan cukup diketahui orang bahwa sehubungan dengan pertanyaan ini tidak hanya timbul kekecewaan-kekecewaan dan konflik-konflik dalam hubungan manusia dengan Tuhan, tapi juga terjadi manusia sampai kepada titik di mana secara sungguh-sungguh menyangkal Tuhan. Karena sesungguhnya existensi atau adanya dunia membuka mata jiwa manusia terhadap adanya Tuhan, terhadap kebijaksanaan-Nya, kekuasaan dan kebesaran-Nya, tetapi kejahatan dan penderitaan agaknya mengaburkan gambaran tadi, bahkan kadang-kadang secara radikal, lebih-lebih dalam drama sehari-hari dari begitu banyak kesalahan yang tidak mendapat hukuman secara semestinya. Maka situasi semacam ini memperlihatkan - mungkin lebih dari pada yang lainnya - pentingnya pertanyaan mengenai arti penderitaan; hal itu juga memperlihatkan betapa banyaknya perhatian yang harus diberikan baik dalam menangani pertanyaan itu sendiri maupun dengan kemungkinan jawaban terhadap pertanyaan itu.
Manusia dapat mengajukan pertanyaan ini kepada Tuhan dengan semua emosi hatinya dan dengan pikirannya yang penuh dengan ketakutan dan kecemasan. Tuhan menunggu pertanyaan dan mendengarkannya,
Tapi untuk melihat jawaban yang benar terhadap pertanyaan “mengapa ada penderitaan,” kita harus melihat pada perwahyuan mengenai kasih ilahi, yang merupakan sumber terdalam dari makna setiap hal yang ada. Kasih juga merupakan sumber yang terkaya dari arti penderitaan, yang selalu tetap merupakan suatu misteri: kita sadar akan tidak cukupnya dan tidak memadainya penjelasan-penjelasan kita. Kristus menyebabkan kita masuk dalam misteri ini dan untuk menemukan “mengapa ada penderitaan,” sejauh kita dapat menangkap keluhuran kasih ilahi.Penderitaan memang menyakitkan dan menimbulkan luka. Tetapi manusia tidak pernah sendiri menghadapinya. Selalu saja ada teman dan sahabat yang ikut berbela rasa dengan kita memikul duka cita itu. Bahkan Tuhan juga menjadi sahabat kita. 
 
.........THE END...........

 

Manusia Dan Keindahan

Manusia Dan Keindahan
 
Keindahan itu ibarat burung merpati yang ingin ditangkap namun tidak ingin untuk disakiti, dia begitu dekat begitu menggoda namun dia begitu pintar untuk menghindar dari kejaran.
Keindahan tidak lain dari sesuatu yang menarik untuk dinikmati yang mampu menyeret jiwa manusia  dalam buaian cinta yang tiada pernah memberi akan tetapi selalu menerima, yang tidak pernah menuntut untuk dimiliki namun hanya menuntut untuk dirinya sendiri.
Keindahan sesuatu karya seni, yang tertuang dalam suatu media maupun gerak, yang tercipta dari sebuah penjiwaan, yang merupakan bagian dari realita dalam bentuk yang diwujudkan, hingga ia bisa memberikan suatu kenyamanan.
Keindahan adalah kekuatan kerinduan hati,yang mampu mengubah selimut tipis dalam sebutan kabut mengolah dan membentuknya menjadi matahari yang menerangi hati dan jiwa dalam waktu yang gelap.
Keindahan bentuk dari suatu pencarian, dia jauh namun dekat dan ketika kita menemukannya didalam relung hati, itulah suatu keagungan dan kemuliaan karena dia merupakan pencampuran dari suatu penderitaan dengan kebahagiaan, perpaduan antara tangis dan tawa dalam irama kehidupan.
Keindahan itu suatu konsep abstrak yang tidak dapat dinikmati karena tidak jelas. Keindahan itu baru jelas jika telah dihubungkan dengan sesuatu yang berwujud atau suatu karya. Dengan kata lain keindahan itu baru dapat dinikmati jika dihubungkan dengan suatu bentuk. Dengan bentuk itu keindahan dapat berkomunikasi.
Manusia setiap waktu memperindah diri, pakaian, rumah, kendaraan dan sebagainya agar segalanya tampak mempesona dan menyenangkan bagi yang melihatnya. Semua ini menunjukkan betapa manusia sangat gandrung dan mencintai keindahan. Seolah-olah keindahan termasuk konsumsi vital bagi indera manusia. Tampaknya kerelaan orang mengeluarkan dana yang relatif banyak untuk keindahan dan menguras tenaga serta harta untuk menikmatinya, seperti bertamasya ke tempat yang jauh bahkan berbahaya, hal ini semakin mengesankan betapa besar fungsi dan arti keindahan bagi seseorang. Agaknya semakin tinggi pengetahuan, kian besar perhatian dan minat untuk menghargai keindahan dan juga semakin selektif untuk menilai dan apa yang harus dikeluarkan untuk menghargainya, dan ini merupakan kebanggaan tersendiri bagi orang yang dapat menghayati keindahan.
Arti keindahan bagi manusia ada 2,yaitu:
Keindahan Lahir
Keindahan lahir merupakan hiasan yang secara khusu diberikan Tuhan kepada sebagian rupa manusia dan sebagian lain tidak diberi-Nya. keindahan lahir yang diberikan Tuhan perlu dijaga dari kesombongan.karena kadang manusia lupa akan hal ini, merasa hebat akan lahir yang diberi-Nya.
Keindahan Batin
Keindahan batin merupakan nikmat Allah yang paling agung diberi pada hamba-Nya. keindahan ini akan terpancar jika bertakwa kepada-Nya. menjaga keindahan ini akan menambah keindahan yang ada semakin bertambah indah. jika keindahan ini digunakan untuk mendurhakai-Nya maka apa yang ada di duni akan diubah, selagi ia masih di dunia. sehingga yang didapatkan sebelumnya akan menjadi kebalikannya, mejadi keburukan dan sesuatu yang menjijikan di hadapan manusia. karena keindahan batin dapat menutupi dan menghapus kekurangan lahir. sedangkan keburukan batin akan menghapus keindahan lahir dan menutupinya.

....THE END......

 

Manusia v.2

MANUSIA

Nich Artikel Manusia V.2 Lanjutan dari V.1.. Baca bagi yang senang membaca,cekidot:

Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat, selain itu juga diberikan yang berupa akal pikiran yang berkembang serta dapat dikembangkan. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain, manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia.
Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya.
Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karrena beberapa alasan, yaitu:
a. Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.
b. Perilaku manusia mengaharapkan suatu penilain dari orang lain.
c. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain
d. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.
 
Beberapa Definisi Manusia :
1. Manusia adalah makhluk utama, yaitu diantara semua makhluk natural dan supranatural, manusia mempunyai jiwa bebas dan hakikat hakikat yg mulia.
2. Manusia adalah kemauan bebas. Inilah kekuatannya yg luar biasa dan tidak dapat dijelaskan : kemauan dalam arti bahwa kemanusiaan telah masuk ke dalam rantai kausalitas sebagai sumber utama yg bebas – kepadanya dunia alam –world of nature–, sejarah dan masyarakat sepenuhnya bergantung, serta terus menerus melakukan campur tangan pada dan bertindak atas rangkaian deterministis ini. Dua determinasi eksistensial, kebebasan dan pilihan, telah memberinya suatu kualitas seperti Tuhan
3. Manusia adalah makhluk yg sadar. Ini adalah kualitasnya yg paling menonjol; Kesadaran dalam arti bahwa melalui daya refleksi yg menakjubkan, ia memahami aktualitas dunia eksternal, menyingkap rahasia yg tersembunyi dari pengamatan, dan mampu menganalisa masing-masing realita dan peristiwa. Ia tidak tetap tinggal pada permukaan serba-indera dan akibat saja, tetapi mengamati apa yg ada di luar penginderaan dan menyimpulkan penyebab dari akibat. Dengan demikian ia melewati batas penginderaannya dan memperpanjang ikatan waktunya sampai ke masa lampau dan masa mendatang, ke dalam waktu yg tidak dihadirinya secara objektif. Ia mendapat pegangan yg benar, luas dan dalam atas lingkungannya sendiri. Kesadaran adalah suatu zat yg lebih mulia daripada eksistensi.
4. Manusia adalah makhluk yg sadar diri. Ini berarti bahwa ia adalah satu-satuna makhluk hidup yg mempunyai pengetahuan atas kehadirannya sendiri ; ia mampu mempelajari, manganalisis, mengetahui dan menilai dirinya.
5. Manusia adalah makhluk kreatif. Aspek kreatif tingkah lakunya ini memisahkan dirinya secara keseluruhan dari alam, dan menempatkannya di samping Tuhan. Hal ini menyebabkan manusia memiliki kekuatan ajaib-semu –quasi-miracolous– yg memberinya kemampuan untuk melewati parameter alami dari eksistensi dirinya, memberinya perluasan dan kedalaman eksistensial yg tak terbatas, dan menempatkannya pada suatu posisi untuk menikmati apa yg belum diberikan alam.
6. Manusia adalah makhluk idealis, pemuja yg ideal. Dengan ini berarti ia tidak pernah puas dengan apa yg ada, tetapi berjuang untuk mengubahnya menjadi apa yg seharusnya. Idealisme adalah faktor utama dalam pergerakan dan evolusi manusia. Idealisme tidak memberikan kesempatan untuk puas di dalam pagar-pagar kokoh realita yg ada. Kekuatan inilah yg selalu memaksa manusia untuk merenung, menemukan, menyelidiki, mewujudkan, membuat dan mencipta dalam alam jasmaniah dan rohaniah.

...............THE END...........

Manusia

 MANUSIA Ver. 1
Manusia adalah mahluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Tuhan. Kesempurnaan yang dimiliki oleh manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas mereka sebagai khalifah dimuka bumi ini.
Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur fisik dan psikis, unsur raga dan jiwa. Seseorang dikatakan sebagai manusia individu manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya. Jika unsur tersebut sudah tidak menyatu lagi maka seseorang tidak disebut sebagai individu. Dalam diri individu ada unsur jasmani dan rohaninya, atau ada unsur fisik dan psikisnya, atau ada unsur raga dan jiwanya.
manusia adalah makhluk hidup. Di dalam diri manusia terdapat apa-apa yang terdapat di dalam makhluk hidup lainnya yang bersifat khsusus. Dia berkembang, bertambah besar, makan, istirahat, melahirkan dan berkembang biak, menjaga dan dapat membela dirinya, merasakan kekurangan dan membutuhkan yang lain sehingga berupaya untuk memenuhinya. Dia memiliki rasa kasih sayang dan cinta, rasa kebapaan dan sebagai anak, sebagaimana dia memiliki rasa takut dan aman, menyukai harta, menyukai kekuasaan dan kepemilikan, rasa benci dan rasa suka, merasa senang dan sedih dan sebagainya yang berupa perasaan-perasaan yang melahirkan rasa cinta. Hal itu juga telah menciptakan dorongan dalam diri manusia untuk melakukan pemuasan rasa cintanya itu dan memenuhi kebutuhannya sebagai akibat dari adanya potensi kehidupan yang terdapat dalam dirinya. Oleh karena itu manusia senantiasa berusaha mendapatkan apa yang sesuai dengan kebutuhannya,hal ini juga dialami oleh para mahluk-mahluk hidup lainnya, hanya saja, manusia berbeda dengan makhluk hidup lainnya dalam hal kesempurnaan tata cara untuk memperoleh benda-benda pemuas kebutuhannya dan juga tata cara untuk memuaskan kebutuhannya tersebut.
 Setiap manusia memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri, tidak ada manusia yang persis sama. Dari sekian banyak manusia, ternyata masing-masing memiliki keunikan tersendiri. Seorang individu adalah perpaduan antara faktor fenotip dan genotip. Faktor genotip adalah faktor yang dibawa individu sejak lahir, ia merupakan faktor keturunan, dibawa individu sejak lahir. Kalau seseorang individu memiliki ciri fisik atau karakter sifat yang dibawa sejak lahir, ia juga memiliki ciri fisik dan karakter atau sifat yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan (faktor fenotip). Faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam pembentukan karakteristik yang khas dari seseorang. Istilah lingkungan merujuk pada lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Ligkungan fisik seperti kondisi alam sekitarnya. Lingkungan sosial, merujuk pada lingkungan di mana seorang individu melakukan interaksi sosial. Kita melakukan interaksi sosial dengan anggota keluarga, dengan teman, dan kelompok sosial yang lebih besar.


Udah dlo yeh infonya... otak gw udh puyeng... nantikan artikel Versi 2... ok!!!!

Sabtu, 19 Februari 2011

history of human culture

history of human culture

man is by nature (instinct) social animals. He has been shaped by evolution over a 4 million year period to live in small tribes. With the invention of fire and tools about 2 million years ago, his social life became that of a warrior/hunter.The survival of the individual and immediate family, in those harsh times, depended on the survival of the tribe.Even in these early times each human became members of several groups within the tribe.Females were primarily attached to their own children but also grouped with other females for camp maintenance, care of the sick and wounded, and group food preparation.Those without children grouped for local foraging for food and campfire fuel.Each male primarily served his own family unit, providing food and raw materials for housing and clothing.Males formed fishing, hunting or foraging groups to gather communal food.The males also grouped with all of the other males for defense of tribe and territory.Tribal management and leadership rested with a select group. The drives which cause the human to gather into groups and sub-groups are instinctive, the product of millions of years of evolution.Human instincts have never been uniform, and many instincts are selfish in nature.Successful group effort requires rules of conduct that everyone follow.Many of these rules require suppression of some instincts and augmentation of others.Behavior which provides benefit to the survival of the group (and ultimately the species) is encouraged and behavior which harms the survival of the group is discouraged.Intellectual control over instinct (self-discipline) developed as a distinguishing characteristic of the human.The more disciplined the tribe, the more focused its work, the better it survived.
A description of the summed social behavior within a group (tribe or sub-group) is called its culture. Each individual within the group is autonomous, but cooperative for a common cause.Each is willing (indeed is driven by his own instincts to do so) to trade certain personal freedoms for the benefits he will gain from the group.As a free-spirit, each individual in the group contributes his behavior to the culture.The 'culture' of a group is not an entity with certain characteristics.The 'culture' of a group is the name given to a descriptive summation of the behavioral characteristics of the group.
Management and planning was required within these ancient tribes.The decision on when to move a camp, for example, and where it should be moved, was critical to the survival of the entire tribeThese actions are not only behaviors themselves, and therefore part of the cultural description, they effect all of the behaviors of the individuals within the tribe.As with tribal leadership, the economic structure was also a part of the cultural description since it detailed the acceptable tribal norms in bartering and trading.
This is an important distinction.A tenet of intellectual elitist ideology (from Marxist roots) is that it is not the horse which pulls the wagon, it is the wagon which abuses the horse by requiring its labor, in spite of the horse being the active element and the wagon the passive.In a like fashion, they claim that it is not the summed behavior of the individuals which defines the culture, it is the culture which robs the individual of its freedom by forcing its rules on the individual as a means of control.This, then, removes behavioral responsibility from the individual and places it on the culture, in spite of the fact that the individual is the active element and the culture the passive (being merely a description of the summation of all of the behaviors in the group).They also eliminate the overlying government and the economic system as portions of the culture, in order to claim it is they who use the culture to abuse the 'people', when in actual fact these two factors are extremely important in their contribution to the behavior of the individual and therefore to the description of their summed behaviors (culture).This also ignores the fact that a large portion of the group (about 70% in the US) are people who work in and manage those activities.
In a free society, the individual is responsible for and should be held accountable for his own actions, since he alone makes the behavioral decision.If he is a member of a certain group he must expect to follow the rules of that group.Unfortunately, many want the benefits of the action of a particular group without sacrificing the necessary personal freedoms to serve as a member of that group.
The ability of man to provide a set of group acceptable behaviors is the result of man's evolution.The details within a cultural set of behavioral standards (such as the language spoken) are incidentalMan developed the ability to speak.It matters not what language he speaks, if the language can provide the needed communication.It matters not what clothing a culture dictates, if they are protective of both man's environmental and his culture's social behavioral requirements. So cultures do not evolve from the simple to the complex, it is man's ability to provide cultures from the simple to the complex that evolved.During the evolution of man, the complexity of his culture increased in stages, along with and following the evolution of man's cultural ability.Once man was capable of a complex society and had formed one, others were formed by derivation or modification.If each element within a group of cultures satisfies the parameter required, though wide differences in practices may exist, then each culture meets the needs of man for a culture.
Any discussion of culture as a causal portion of the process is in error.Culture is an effect of man's evolutionary process, not a cause.Any discussion of culture must be in the vein that man changed, then the complexity of his culture (behavior) changed.This is not to say that all behavior is strictly specified in detail in the coding of the DNA.No complex animal is completely instinctive. Tidak ada hewan kompleks benar-benar naluriah. There are memory and reason in all.If a behavior in a culture should drift to an action so bizarre that it adversely affects the evolutionary birthrate, evolution, if unrestrained, will quickly nip it in the bud
The behavior of man (his culture) can affect his ability to survive as a species. An example would be the result of man allowing his population to expand without control, by that threatening two catastrophic consequences: (1) When a population is expanding, natural selection is not allowed to remove degrading mutations from the gene pool unless they are immediately catastrophic.The result is a general degradation of all of man's characteristics such as intelligence, longevity, health, and the passions such as mothers' love, compassion, cooperation, etc. along with the substitution of their opposites.The resulting culture drifts toward self-destruction.These characteristics are visible today The worldwide ecology, on which man feeds, is limited in resources. (2)Over-population brings disease, starvation, and death.


Sumber : http://www.onelife.com/psy/culhist.html 

Sejarah Manusia

Sejarah Manusia

Manusia, yang dikenal taksonomi sebagai Homo sapiens ( Latin untuk "orang bijak" atau "mengetahui manusia"),adalah satu-satunya hidup spesies di Homo genus bipedal primata di Hominidae , para kera besar keluarga. anatomi modern-muncul manusia berasal di Afrika sekitar 200.000 tahun yang lalu, mencapai penuh modernitas perilaku sekitar 50.000 tahun yang lalu.
Manusia memiliki sangat berkembang otak , mampu abstrak penalaran , bahasa , introspeksi , dan pemecahan masalah .Kemampuan mental, dikombinasikan dengan tegak tubuh kereta yang membebaskan tangan untuk benda memanipulasi, telah memungkinkan manusia untuk membuat lebih jauh menggunakan alat daripada makhluk hidup lainnya di Bumi.Proses berpikir tingkat lebih tinggi lainnya dari manusia, seperti kesadaran diri , rasionalitas , dan cita rasa ,dianggap mendefinisikan fitur apa yang merupakan " orang ".
  Seperti kebanyakan primata yang lebih tinggi , manusia adalah makhluk sosial .Namun, manusia adalah unik mahir menggunakan sistem komunikasi untuk ekspresi diri, pertukaran ide, dan organisasiManusia menciptakan kompleks struktur sosial yang terdiri dari banyak kelompok bekerja sama dan bersaing, dari keluarga ke negara . interaksi sosial antara manusia telah membentuk luas yang sangat beragam nilai, norma-norma sosial , dan ritual, yang bersama-sama membentuk dasar dari masyarakat manusia.Dengan individu luas di setiap benua kecuali Antartika , manusia adalah kosmopolitan spesies.Pada Januari 2011 , maka populasi manusia diperkirakan menjadi sekitar 6890000000.
Manusia terkenal akan keinginan mereka untuk memahami dan pengaruh lingkungan mereka, berusaha untuk menjelaskan dan memanipulasi fenomena melalui ilmu pengetahuan , filsafat , mitologi , dan agama.Keingintahuan alami ini telah menyebabkan perkembangan alat-alat canggih dan keterampilan, yang diwariskan budaya , manusia adalah satu-satunya spesies yang diketahui untuk membangun kebakaran , memasak makanan mereka , pakaian mereka sendiri, dan menggunakan banyak lainnya teknologi .
Penelitian ilmiah tentang evolusi manusia meliputi pengembangan dari genus Homo , tetapi biasanya melibatkan belajar lainnya hominid dan hominines juga, seperti Australopithecus . "Manusia modern" didefinisikan sebagai Homo sapiens spesies , dimana masih ada satunya subspesies yang dikenal sebagai Homo sapiens sapiens. sapiens idaltu Homo (kira-kira diterjemahkan sebagai "manusia bijaksana tua"), yang subspesies yang dikenal lainnya, sekarang punah.Homo neanderthalensis , yang menjadi punah 30.000 tahun yang lalu, kadang-kadang diklasifikasikan sebagai subspesies, "Homo sapiens neanderthalensis"; penelitian genetik sekarang menunjukkan bahwa DNA fungsional manusia modern dan Neanderthal menyimpang 500.000 tahun yang lalu.Demikian pula, beberapa spesimen Homo rhodesiensis juga kadang-kadang telah diklasifikasikan sebagai subspesies, tapi ini tidak diterima secara luas. Anatomi manusia modern pertama kali muncul dalam rekaman fosil di Afrika sekitar 195.000 tahun yang lalu, dan studi biologi molekuler memberikan bukti bahwa waktu perkiraan perbedaan dari nenek moyang dari semua populasi manusia modern 200.000 tahun yang lalu.Studi keanekaragaman genetik yang luas Afrika yang dipimpin oleh Dr Sarah Tishkoff menemukan orang San untuk mengekspresikan keragaman genetik terbesar di antara 113 sampel populasi yang berbeda, membuat mereka salah satu dari 14 "kelompok populasi nenek moyang".Penelitian ini juga terletak asal migrasi manusia modern di Afrika barat-selatan, dekat perbatasan pantai Namibia dan Angola .
Sejarah evolusi dari primata dapat ditelusuri kembali 65 juta tahun, sebagai salah satu yang tertua dari semua plasenta kelompok mamalia yang masih hidup.Yang dikenal-seperti spesies mamalia primata tertua (orang-orang dari genus Plesiadapis ) berasal dari Amerika Utara, tapi mereka luas di Eurasia dan Afrika selama kondisi tropis di Paleosen dan Eosen .Bukti molekuler menunjukkan bahwa nenek moyang terakhir antara manusia dan kera besar sisa menyimpang antara 8 dan 4 juta tahun yang lalu, pertama gorila , dan kemudian simpanse (Pan genus) memisahkan diri dari garis yang menuju ke manusia, DNA manusia fungsional adalah sekitar 98,4% identik dengan simpanse ketika membandingkan polimorfisme nukleotida tunggal (lihat genetika evolusi manusia ).Oleh karena itu, kerabat yang tinggal terdekat manusia adalah gorila dan simpanse , karena mereka berbagi nenek moyang yang sama .
Kendali genom sekuensing telah menghasilkan kesimpulan bahwa "setelah 6,5 [juta] tahun evolusi yang terpisah, perbedaan antara simpanse dan manusia sepuluh kali lebih besar dari antara dua orang yang tidak terkait dan kurang sepuluh kali dibandingkan antara tikus dan tikus ". mereka [ atribusi diperlukan ] persetujuan Disarankan antara DNA manusia dan simpanse urutan fungsional berkisar antara 95% dan 99% Diperkirakan bahwa manusia keturunan menyimpang dari simpanse sekitar lima juta tahun yang lalu, dan dari yang dari gorila sekitar delapan juta tahun yang lalu.Namun, tengkorak hominid ditemukan di Chad pada tahun 2001, diklasifikasikan sebagai tchadensis Sahelanthropus , adalah sekitar tujuh juta tahun, yang mungkin menunjukkan perbedaan sebelumnya.
Evolusi manusia ditandai oleh sejumlah perubahan morfologi, perkembangan, fisiologis dan perilaku penting, yang telah terjadi sejak pemisahan antara nenek moyang terakhir dari manusia dan simpanse.Para morfologi perubahan besar pertama adalah evolusi dari adaptasi lokomotor bipedal dari atau semi-arboreal satu arboreal,dengan segala adaptasi pelayan sendiri, seperti valgus lutut, rendah indeks intermembral (kaki panjang relatif terhadap lengan), dan mengurangi kekuatan tubuh bagian atas.
Kemudian, leluhur manusia mengembangkan otak yang jauh lebih besar - biasanya 1.400 cm ³ pada manusia modern, lebih dari dua kali ukuran yang dari simpanse atau gorila. Pola pertumbuhan postnatal otak manusia berbeda dari kera lain ( heterochrony ), dan memungkinkan untuk waktu pembelajaran sosial dan pemerolehan bahasa pada manusia remaja. Fisik antropolog [ siapa? ] berpendapat bahwa perbedaan antara struktur otak manusia dan mereka kera lainnya bahkan lebih penting daripada perbedaan mereka dalam ukuran.
Perubahan lain morfologi yang signifikan termasuk evolusi dan presisi pegangan kekuasaan,sistem pengunyah dikurangi, pengurangan gigi taring , dan keturunan dari laring dan tulang hyoid , membuat pidato mungkin.Perubahan fisiologis yang penting pada manusia adalah evolusi berahi tersembunyi, atau ovulasi tersembunyi , yang mungkin bertepatan dengan evolusi perubahan perilaku penting, seperti ikatan pasangan. Lain perubahan perilaku yang signifikan adalah perkembangan budaya materi , dengan objek buatan manusia menjadi semakin umum dan beragam dari waktu ke waktu.Hubungan antara semua perubahan ini merupakan subyek perdebatan.
Kekuatan seleksi alam terus beroperasi pada populasi manusia, dengan bukti bahwa daerah tertentu dari genom tampilan pemilihan arah dalam tahun terakhir 15.000.





Sumber : Ensiklopedia